1. Siapa saja yang terlibat tawuran?
Jawab:
Yang terlibat biasanya pelajar antar
dua sekolah. Namun terkadang ada juga oknum-okmun provokator yang memicu
tawuran.
2. Faktor Penyebab?
Jawab:
Hal
yang menjadi faktor penyebab antara lain:
Faktor pribadi
Remaja
dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di lain pihak, ia harus
mengembangkan identitas diri secara positif. Ia harus beralih dari reaksi
kekanak-kanakan ke pertimbangan yang lebih rasional dan dewasa. Oleh karena
itu, remaja perlu memiliki pedoman tata nilai yang jelas. Jika tidak, maka
terjadi kekaburan nilai. Apa lagi jika tidak ada tokoh yang dapat dijadikan
panutan atau norma-norma masyarakat juga kabur dan tidak jelas. Terjadilah
krisis identitas pada diri remaja.
Tidak
tercapainya identitas diri yang positif, menimbulkan ketegangan (stress) dan
kecemasan pada remaja. Kekerasan merupakan sikap agresif sebagai pelampiasan
rasa frustasi. Mereka mengambil identitas negatif dan terjerumus pada kenakalan
remaja. Bagi mereka, lebih baik memperoleh suatu identitas, walaupun negative
daripada terombang-ambing dalam ketidaktentuan diri.
Faktor
lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang utama dan
pertama bagi seorang anak. Jika suasana keluarga kurang mendukung, pasti
terjadi gangguan perkembangan kejiwaan anak. Sumbernya, antara lain rumah
tangga kacau; orang tua sibuk dan kurang memperhatikan kebutuhan kasih sayang
bagi anak; orang tua terlalu memanjakan anak; kurangnya perhatian terhadap
pendidikan anak; perilaku orang tua yang “tidak dewasa” dan menyimpang.
Oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam mendidik dan
mengarahkan anak pada nilai-nilai moral hendaknya diperhatikan. Orang tua harus
mampu menjadi sahabat untuk anak-anaknya. Tanggung jawab orang tua bukanlah
sekedar membesarkan anak, tetapi peran aktif orang tua dalam melihat
perkembangan kepribadian anak sangat diperlukan.
Faktor
lingkungan kelompok sebaya
Jika kondisi di rumah kurang menunjang, anak akan mencari
perhatian dan identitas diri di luar. Pengaruh kelompok sebaya sangat besar.
Remaja ingin diterima kelompok sebayanya sehingga mau mengikuti “peraturan” dan
norma yang ditetapkan kelompok. Ada rasa bangga karena banyak kawan dan merasa
diri popular. Ukuran popularitas adalah kemewahan, kekuatan fisik, kelihaian,
dan sebagainya.
Faktor
lingkungan sekolah
Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan proses pendidikan
pada anak, keadaan guru dan system pengajaran yang tidak menarik, menyebabkan
anak cepat bosan. Lingkungan sekolah tidak menarik perhatian anak. Untuk
menyalurkan rasa tidak puasnya, mereka meninggalkan sekolah dan bergabung
dengan kelompok anak-anak yang tidak sekolah, yang pekerjaannya hanya
berkeliaran tanpa tujuan yang jelas.
Jumlah siswa yang terlalu besar, kesenjangan sosial-ekonomi,
baik antara para pelajar maupun antara pelajar dengan guru; disiplin dan tata
tertib sekolah yang rendah; kurangnya sarana dan prasarana sekolah; kurikulum
yang kurang memadai; guru yang kurang dedikasi atau kurang memahami didaktik
atau metodik mengajar; kurangnya kegiatan ekstrakurikuler, merupakan faktor
penyebabnya.
Belum lagi, jika
sekolah pun acuh tak acuh pada anak didik. Mereka tidak peduli dengan
perkembangan siswanya. Pihak sekolah abai membantu mengembangkan potensi
kreatif peserta didik. Dengan bahasa lain, sekolah jalan sendiri tanpa
memperhatikan secara optimal keberadaan pelajar di sekolah. Walhasil, siswa
mencari identitas dan eksistensi secara mandiri. Apabila pelajar terjebak pada
geng-geng, pergaulan kelompok yang tak produktif sekolah jangan menyalahkan
siswa. Pihak sekolah harus mengintrospeksi diri tentang mekanisme yang
dilakukan sekolah dalam mendidik siswanya.
Faktor
lingkungan masyarakat
Kondisi
soial-ekonomi, besarnya jurang antara kelompok yang ‘punya’ dan ‘yang tidak
punya’, kurangnya sarana transportasi, lingkungan fisik perkotaan dan yang
tidak mendukung perkembangan diri anak dan remaja, situasi politik yang tidak
menentu, lemahnya penegakan hukum, rendahnya disiplin masyarakat, dan pengaruh
media massa merupakan penyebab meningkatnya budaya kekerasan.
3.
Apa solusinya?
Jawab:
Dengan
adanya kejadian tawuran yang sedang marak saat ini, saya berharap pemerintah,
sekolah, lingkungan sosial, keluarga dapat mengatasi tawuran pelajar yang
sangat meresahkan kita semua. Sudah sepantasnya bagi kita untuk mencari solusinya.
Peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Karena pribadi anak dibentuk juga
dalam keluarga. Sebaiknya para orang tua memberi contoh dan pendidikan moral yang
baik sejak dini, sehingga hal itu tertanam dalam diri anak.
Referensi:
http://keripiku.blogspot.com/2010/11/pengertian-individu-keluarga-dan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/09/mengapa-ada-tawuran/